Selasa, 27 November 2012

THE LANGUAGE OF NEW MEDIA

PRINSIP NEW MEDIA :

1.      Representasi Numerik
Semua objek new media, baik dari awal komputer atau diubah dari sumber media analog, yang dibuat oleh kode digital, mereka adalah representasi numerik. Fakta ini memiliki dua konsekuensi utama:
-          Objek New Media dapat dijelaskan secara formal (matematis). Misalnya, gambar atau bentuk dapat digambarkan menggunakan fungsi matematika.
-          Objek New Media dikenakan manipulasi algoritmik.

2.      Modularitas
Prinsip ini dapat disebut "struktur fraktal new media". Hanya sebagai fraktal yang memiliki struktur yang sama pada skala yang berbeda, objek new media memiliki struktur modular yang sama di keseluruhannya.

3.      Otomatisasi
Pengkodean numerik dari media dan struktur modular dari objek media memungkinkan untuk otomatisasi operasi yang terlibat dalam media penciptaan, manipulasi, akses suatu. Ini intensionalitas manusia dapat dihilangkan dari proses kreatif, setidaknya sebagian.

4.      Variabilitas
Objek new media bukanlah sesuatu yang tetap untuk sekali dan untuk semuanya, tetapi sesuatu yang dapat eksis dalam berbagai bentuk, berpotensi versi infinitive. ini merupakan salah satu konsekuensi dari pengkodean numerik dari media dan struktur modular dari objek media.

5.      Transcoding
Dimulai dengan yang dasar, 'materi' prinsip-prinsip media baru coding numerik dan organisasi modular kami pindah ke lebih 'mendalam' dan jauh mencapai otomatisasi satu dan variabilitas. Prinsip kelima dan terakhir dari transcoding budaya bertujuan untuk menggambarkan apa yang dalam pandangan saya merupakan konsekuensi yang paling besar komputerisasi media.




Lev Manovich dalam pengantar Reader New Media, New Media mendefinisikan dengan menggunakan delapan proposisi sederhana dan ringkas:

"Media baru versus Cyberculture "
Cyberculture adalah berbagai fenomena sosial yang berkaitan dengan internet dan jaringan komunikasi (blog, online multi-player game), sedangkan New Media adalah lebih peduli dengan benda-benda budaya dan paradigma (digital untuk televisi analog, iPhone).

"New Media sebagai Teknologi Komputer Digunakan sebagai Platform Distribusi"
New Media adalah obyek budaya yang menggunakan teknologi komputer digital untuk distribusi dan pameran. misalnya (setidaknya untuk sekarang) internet, situs Web, multimedia komputer, Blu-ray disk dll Masalah dengan hal ini adalah bahwa definisi harus direvisi setiap beberapa tahun. Istilah "media baru" tidak akan "baru" lagi, karena kebanyakan bentuk budaya akan didistribusikan melalui komputer.

"New Media sebagai Data Digital Dikendalikan oleh Software"
Bahasa New Media didasarkan pada asumsi bahwa, pada kenyataannya, semua benda budaya yang mengandalkan representasi digital dan komputer-berbasis pengiriman melakukan berbagi sejumlah kualitas umum. Media baru dikurangi menjadi data digital yang dapat dimanipulasi oleh perangkat lunak sebagai data lainnya. Sekarang operasi media dapat membuat beberapa versi dari objek yang sama. Contohnya adalah gambar disimpan sebagai data matriks yang dapat dimanipulasi dan diubah sesuai dengan algoritma tambahan yang diimplementasikan, seperti inversi warna, abu-abu-skala, mengasah, rasterizing, dll

"New Media sebagai Mix Budaya Antara Konvensi yang ada dan Konvensi Perangkat Lunak "
"Media Baru hari ini dapat dipahami sebagai campuran antara konvensi budaya yang lebih tua untuk representasi data, akses, dan manipulasi dan konvensi terbaru dari representasi data, akses, dan manipulasi itu. "tua" Data adalah representasi dari realitas visual dan pengalaman manusia, dan "baru" Data adalah data numerik komputer ini terus keluar dari tombol "kreatif" keputusan, dan didelegasikan kepada posisi teknisi.. " misalnya Dalam film, perangkat lunak digunakan di beberapa daerah produksi, dalam diri orang lain dibuat menggunakan animasi komputer.

"New Media sebagai Estetika yang menemani Tahap Awal Baru Setiap Media modern dan Teknologi Komunikasi
"Sementara kiasan ideologis memang tampaknya akan muncul kembali lebih teratur, strategi estetik banyak mungkin muncul kembali dua atau tiga kali ... Agar pendekatan ini akan benar-benar berguna itu tidak akan cukup untuk hanya nama strategi dan kiasan dan untuk merekam momen penampilan mereka, melainkan kita harus mengembangkan analisis yang komprehensif banyak lagi yang berkorelasi sejarah teknologi dengan sosial, sejarah politik, dan ekonomis atau periode modern. "

"New Media sebagai Eksekusi Cepat Eksekusi Algoritma Sebelumnya secara manual atau melalui Teknologi Lain" 
Komputer adalah mempercepat-besar apa yang sebelumnya teknik manual. kalkulator misalnya. "Secara dramatis mempercepat eksekusi membuat mungkin sebelumnya tidak ada teknik yang representasional." Hal ini juga memungkinkan banyak bentuk-bentuk baru seni media seperti multimedia interaktif dan permainan komputer. "Pada satu tingkat, sebuah komputer digital modern hanyalah sebuah kalkulator cepat, kita tidak harus mengabaikan identitas lainnya:. Yang dari alat kontrol sibernetik"

"New Media sebagai Encoding dari Avant-Garde Modernis;. New Media sebagai Metamedia "
Manovich menyatakan bahwa tahun 1920 lebih relevan dengan New Media daripada jangka waktu lainnya Meta-media yang bertepatan dengan postmodernisme dalam bahwa mereka berdua bekerja mengolah tua daripada menciptakan yang baru bekerja. Media baru avant-garde "adalah tentang cara-cara baru untuk mengakses dan memanipulasi informasi" (hypermedia misalnya, database, mesin pencari, dll). Meta-media adalah sebuah contoh bagaimana kuantitas dapat berubah menjadi kualitas seperti dalam teknologi media baru dan teknik manipulasi dapat "recode estetika modernis menjadi estetika postmodern sangat berbeda."

"New Media sebagai Artikulasi Paralel Gagasan serupa di Pasca-Perang Dunia II Seni dan Komputasi Modern"
Pasang Seni Perang Dunia II atau "kombinatorik" melibatkan menciptakan gambar dengan sistematis mengubah parameter tunggal. Hal ini mengarah pada penciptaan atau gambar sangat mirip dan struktur spasial. "Ini menggambarkan bahwa algoritma, ini bagian penting dari media baru, tidak tergantung pada teknologi, tetapi dapat dijalankan oleh manusia." 

New Media dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan dengan media baru. Dilihat dari namanya, “Media Baru” berarti sesuatu yang bersifat baru. Media adalah suatu produk teknologi komunikasi. Jika diartikan, New Media adalah produk dari media teknologi komunikasi yang datang bersama-sama dengan komputer digital. Sebelum tahun 1980-an, media yang berkembang dan diandalkan adalah media dengan model cetak dan analog seperti Koran, bioskop televisi dan radio. Saat ini kita memiliki radio, televisi, digital dan bioskop. Bahkan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan memuaskan, saat ini dapat menggunakan software (perangkat lunak) seperti Adobe Photoshop dan desktop publishing tools. Sehingga, dengan menggunakan software tersebut, gambar yang dicetak akan menghasilkan gambar yang lebih maksimal dan sempurna.

Beberapa perangkat teknologi yang termasuk New Media adalah :

Wide Web Internet dan Dunia 
Televisi digital 
Digital Cinema 
Personal Komputer (PC) 
DVD (Digital Versatile Disc atau Digital Video Disc) 
CD (Compact Disc) 
Personal Komputer (PC) 
Portable Media Players (seperti MP3 Player) 
Mobile (atau Cell) Phones 
Video (atau Komputer) Game 
Virtual Reality (VR) 
Artificial Intelligence (AI)

Perbedaan utama antara Media Digital dan Media Analog :

Pertama, media digital unggul dibandingkan dengan Media analog. Media digital mampu memindahtangan kan suatu hal ke seluruh platform media, mudah dimanipulasi dan mendunia atau memiliki banyak jaringan.

Kedua, media digital juga mudah untuk memanipulasi dan akhirnya dapat direproduksi tanpa batas waktu dan tanpa kehilangan kualitas tentunya. Singkatnya, system digital melebihi system analog dalam hal kecepatan, kualitas dan kinerja-nya.

Pada tahun 1950-an sampai 1960-an, internet bukan satu-satunya media baru yang ada di dunia. Selain internet yang saling terkait jaringan komputer, saat itu telah ada satelit, kabel nirkabel, serat optic dan kawat yang memungkinkan model tradisional komunikasi massa untuk secara radikal diubah. Melalui search engine atau mesin pencari, pengguna dapat mencari kata kunci menggunakan 'Yahoo', 'Lycos', 'Ask Jeeves', 'Alta Vista' dan 'Google', jutaan orang di seluruh dunia kini memiliki akses cepat, mudah, luas dan jumlah yang beragam untuk mendapatkan informasi secara online.

Bahkan, menurut Hermawan Kartajaya, seorang Presiden World Marketing Association (pakar pemasaran berkewarganegaraan Indonesia) ketika memberikan keynote speech di World Marketing Conference di Manila. Televisi yang masih ampuh menempuh pasar massal di berbagai Negara di Asia, semakin hari semakin kecil pengaruhnya terhadap konsumen. Hal ini disebabkan dengan adanya telepon genggam dan internet. Saat ini, pengaruh televisi dalam merengkuh pasar Asia masih 90% dan new media masih sekitar 20%. “Namun, pada tahun 2020, pengeruh televisi tinggal 10%” Kata Hermawan.

Senada dengan Hermawan Kartajaya, Stephen Yap, Direktur sebuah perusahaan pemasaran , Client Services and Insight, pun mengatakan demikian. “Saat ini masih sulit mengalahkan teve untuk menjangkau kalangan luas,” katanya. Namun, pengaruh new media, terutama mobile phone, tumbuh dengan cepat. Konsumen lebih sering menggunakan mobile phone — baik untuk menelpon, sms, browsing, cek email, dan lain-lain — ketimbang nonton teve.
Dengan bertumbuhnya New Media seperti internet, akan mengubah system pemasaran perusahaan. Sistem penjualan dan promosi barang yang saat ini banyak melalui media cetak, televisi dan radio akan diubah sistemnya dengan menggunakan media internet, hal ini dimaksudkan agar bersentuhan langsung dengan konsumen.

Pada awal tahun 1950-an, komputer digunakan sebagai media untuk meng-koordinir informasi di beberapa lokasi. Periode ini pada umumnya dikenal sebagai ‘generasi pertama’ yang terutama mengendalikan perangkat mekanik dan elektrimekanik. Sebaliknya, pada ‘generasi kedua’, komputer biasanya dihubungkan dengan mereka yang bekerja dengan menggunakan tabung vakum. Pada saat itu, sebuah komputer dengan memori kurang dari 1 megabyte akan mengisi seperempat lapangan sepak bola. Dengan kedatangan transistor diskrit dan SSI-, sirkuit terpadu LSI-MSI- pada tahun 1970, sehingga sistem komputer 'generasi ketiga' yang diproduksi dengan menggembar-gemborkan kelebihan portable minicomputers.

Tak pelak lagi, generasi ini juga akan digantikan dengan 'generasi keempat' yang saat ini menggunakan sirkuit VLSI terpadu yang mengeluarkan produk pertamanya yaitu komputer pribadi atau desktop (paling sering diidentifikasi dengan arus 'New Media '). Namun, ini jelas bukan akhir dari pengembangan komputer; dengan lahirnya 'generasi kelima' komputer (saat ini pada tahap teoritis atau percobaan) menghasilkan komputer kuantum, komputer kimia, komputasi DNA, komputer optic dan spintronics berbasis komputer (suatu bentuk eksploitasi yang magnetoelectronics kuantum spin elektron negara serta memanfaatkan negara mereka dibebankan). Sementara itu, meskipun kami yakin bisa membantah bahwa internet adalah bagian dari New Media, sebagai internet perubahan itu sendiri sehingga beberapa kritikus berpendapat bahwa itu adalah sekarang juga memasuki fase baru dalam perkembangannya, salah satu yang jelas berbeda dari masa lalu

BAHASA BUDAYA ANTARMUKA

Antarmuka manusia-istilah komputer (HCI) menjelaskan cara-cara di mana pengguna berinteraksi dengan komputer. HCI termasuk masukan fisik dan perangkat output seperti monitor, keyboard, dan mouse. Hal ini juga terdiri dari metafora yang digunakan untuk konsep organisasi data komputer. Misalnya, Macintosh antarmuka diperkenalkan oleh Apple pada tahun 1984 menggunakan metafora file dan folder diatur pada desktop. Akhirnya, HCI juga mencakup cara memanipulasi data ini, yaitu tata bahasa tindakan bermakna yang pengguna dapat melakukan di atasnya. itu contoh tindakan yang disediakan oleh modern HCI adalah copy, mengubah nama dan menghapus file; daftar isi direktori, memulai dan menghentikan program komputer, set komputer tanggal dan waktu.

Senin, 26 November 2012

NEW MEDIA - CRITICAL INTRODUCTION


PENJELASAN NEW MEDIA

“New media is a term meant to encompass the emergence of digital, computerized, or networked information and communication technologies in the later part of the 20th century. Most technologies described as “new media” are digital, often having characteristics of being manipulated, networkable, dense, compressible, interactive and impartial. Some examples may be the Internet, websites, computer multimedia, computer games, CD-ROMS, and DVDs. New media is not television programs, feature films, magazines, books, or paper-based publications.

New Media dapat diartikan sarana perantara yang baru. New Media juga diartikan dengan kemunculannya teknologi komputer, jaringan telekomunikasi dan informasi, serta digital pada akhir abad ke-20. Berdasarkan pengertian diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa new media adalah sebuah istilah yang menggambarkan tentang suatu keadaan dimana segala bentuk media baru sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi sekarang dan mendatang yang bersama - sama dengan komputer digital hampir memegang peranan penting didalamnya.  Beberapa contoh New Media diantaranya internet, website, game komputer CDROM, dll.

NEW MEDIA IN EVERYDAY LIFE

BAGI KALANGAN MENENGAH ke atas—baik dalam hal pendidikan maupun ekonomi—tentu tak asing dengan new media. Sebut saja website, blog, facebook, twitter, dan sebagainya. Ini semua kategori new media.

Karena bentuk datanya digital, new media mendukung pencarian data dan informasi lebih cepat dan mudah. Tidak seperti media konv-ensional yang meng-harus-kan kita menggunakan teknik pengarsipan yang rumit. Dengan search engine pada new media kita dapat menemukan informasi apapun walau hanya menggunakan satu kata kunci.

Dari segi bentuk dan tampilannya pun new media punya banyak kelebihan. Selalu full color, Animasi maupun video adalah fitur yang selalu mendukung konten new media. Ini tentu bertolak belakang dengan konten m
edia tradisional yang cenderung statis.

Sebagai public sphere (ranah publik), new media dapat digunakan sebagai alat pergerakan sosial. Kita mungkin masih ingat Sejuta Dukungan untuk Bibit Candra, Gerakan Boikot Pajak, dan lain sebagainya. Ini upaya-upaya menggalang kekuatan sosial menggunakan new media. Ternyata ia menjadi isu hangat dan desakan sekaligus parameter dalam pengambilan kebijakan di negeri ini. Demikian juga saat jatuhnya kekuasaan pemerintahan Hosni Mubarak di Mesir. Salah satunya karena begitu banyak desakan yang muncul di new med
ia. Mengapa bisa? Tak lain tak bukan karena ketiadaan penghalang dalam penyampaian pesan politik di new media.

Setiap orang dapat menjadi author, publisher, sekaligus audience di new media. Karena itu diharapkan new media bisa jadi media independen sekaligus menumbuhkan citizen journalism, dimana setiap orang dapat berpartisipasi dalam memberi informasi dan berita. Setiap orang tak mesti harus jadi wartawan dulu baru dapat menulis berita. Masyarakat luas dapat melakukannya melalui new media. Kita tak mutlak harus dapat berita dari penerbit surat kabar dan televisi tertentu. New media tentu siap memberi informasi dan berita kapanpun dan dimanapun kita berada.

Menurut buku NEW MEDIA “A Critical Introduction” Second Edition (Martin Lister, Jon Dovey, Seth Giddings, Iain Grant, & Kieran Kelly) :

Everyday life is a central concept within Cultural Studies’ approach to technologies. It is
studied and theorised as:
• the market for which companies develop consumer hardware and software
• the site of practices and relationships in which sense is made of new media
• the focal point of an interlocking set of convergences of consumer, media,
   educational and entertainment technologies and markets
the social conditions which are, to a greater or lesser degree, transformed by the use and
consumption of new media
the absent or underplayed term in utopian visions of new knowledges and shifting identities in cyberspace – as alienation and routine to the connectivity and creativity emerging in Internet communication media
the site of consumption of mediated popular culture, not least the images and dramas from comics, television and video that constitute a commercial technological imaginary.

CONTOH APLIKASI NEW MEDIA

1.   New Media : Media Sosial
Facebook

Sebuah layanan jejaring sosial atau web yang memungkinkan seseorang untuk membuat profil pribadi    dirinya dan juga sebagai sarana untuk berbagi informasi dan data dengan pengguna lainnya. 

Kelebihan :
·         Membantu mendapatkan teman baru di dunia maya
·         Bagi para pebisnis, sebagai alat bantu untuk mempromosikan produk
·         Sebagai sarana komunikasi digital jarak jauh
Kekurangan :
·         Berkurangnya privasi akan kehidupan pribadi seseorang
·         Pemalsuan identitas

2. New Media : Hiburan

Youtube
Situs web video sharing yang dimana memungkinkan para penggunanya untuk menonton, memuat, dan berbagi video secara gratis. 




Kelebihan :
·         Sebagai sarana untuk menonton dan memuat video yang kita inginkan
·         Sebagai ajang promosi diri
·         Tempat atau sarana untuk mendownload video yang kita inginkan

Kekurangan :
·         Kurangnya filter atas video yang berbau pornografi
·         Dapat dipakai sebagai saranapenyebaran informasi yang tidak benar atau menyesatkan

3. New Media : Edukasi

Wikipedia
Wikipedia adalah sebuah situs web yang merupakan sebuah proyek endiklopedia multibahasa dalam jaringan bebas dan terbuka.




Kelebihan :
·         Mudah digunakan
·         Mutakhir, karena perkembangan terbaru dunia dapat dengan cepat dimasukkan atau ditulis ke dalam pangkalan data Wikipedia
·         Kesalahan dapat dengan cepat diperbaiki, karena bersifat bebas dan terbuka
·         Kekurangan :
·         Kepengarangan tidak dikenal
·         Kebenaran artikel dipertanyakan

4. New Media: Informasi
Google

Google Inc adalah sebuah perusahaan publik Anerika multinasional yang bergelut di dalam pencarian internet, komputasi awan, dan teknologi periklanan. Sesuai dengan misinya yaitu " untuk mengatur informasi dunia dan membuatnya dapat diakses secara universal dan berguna", telah diperkirakan bahwa Google berjalan lebih dari satu juta server di penjuru dunia, dan proses pencarian lebih dari satu milyar dan sekitar 24 petabyte pengguna data setiap harinya.



 Kelebihan :
·         Sumber komunikasi, dapat mencari setiap informasi tentang segala yang kita inginkan melalui kotak search engine dalam google
·         Sebagai alat komunikasi (melalui e-mail pada google/ Gmail)
·         Sebagai media publikasi atas karya tulis ataupun website yang kita buat
Kekurangan :
·         Terkadang hasil pada search engine tidak sesuai dengan yang kita inginkan
·         Setiap pencarian data harus menggunakan keyword khusus, menyebabkan informasi tidak dapat dicari dengan mudah secara umum
·         Mudah dibajak
·         Terkadang website yang dibuka mengandung virus sehingga dapat menginfeksi koputer milik kita


MANFAAT NEW MEDIA
·         Informasi dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja dan dimana saja.
·         Dapat digunakan sebagai sarana jual beli
·         Sebagai sarana untuk hiburan, seperti game online, streaming video (contoh : youtube) ataupun sosial media(contoh : facebook, twitter)
·         Sebagai sarana pendidikan
·         Sebagai media komunikasi (contoh : skype)

Kekurangan New Media
·         Terbukanya informasi yang memungkinkan terjadinya pencurian data pribadi
·         Pengawasan Hukum yang lemah, karena tidak bisa ikut campurnya pemerintah dalam menangani new media


Rabu, 17 Oktober 2012

THE DIGITAL DIVIDE


MAKALAH
“THE DIGITAL DIVIDE”


Disusun Oleh:
1.      Devi Triana Arifin
2.      Dwi Irfan Pambudi
3.      Nurul Annisa
4.      Prabu Randy Cintratama
5.      Tri Ajeng Listiani
Kelas : 2IA18
Jurusan : Teknik Informatika


Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
2012-2013


KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji dan Syukur atas Rahamat dan Hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah “Pengenalan Teknologi Internet & New Media” ini, didalam makalah ini terdapat artikel yang berisi tentang “The Digital Devide”.
Kemudian kami juga ingin berterima kasih kepada dosen yang membimbing kami yaitu Bapak DR RADEN SUPRIYANTO, MSc.
Penyusun menyadari bahwa baik isi maupun cara penyusunan makalah ini belum sempurna. Kemungkinan kesalahan cetak juga tak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, segala saran, maupun kritik membangun sangat penyusun harapkan. Demikianlah, semoga makalah ini berguna dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.


Bekasi, 02 Oktober 2012
                               Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................... 2
Pendahuluan ............................................................................................   3
Tujuan Penulisan ......................................................................................  6
Rumusan Masalah .................................................................................... 6
Detail Pembahasan ..................................................................................  7
A.      Pengertian Digital Divide ...........................................................  7      
B.      Penyebab Terjadinya Digital Divide ............................................ 8
C.      Dampak Positif Digital Divide .................................................... 9       
D.     Dampak Negative Digital Divide ................................................ 10
E.      Solusi Mengurangi Digital Divide ..............................................   11
F.       Digital Divide dan Kaitannya dengan E-Goverment ..................   12
G.     Kasus Digital Divide Negala Lain ................................................13
H.     Hasil Penelitian Digittal Divide ...................................................  14
Kesimpulan .............................................................................................    17
Daftar Pustaka .........................................................................................  19                                                                                                                                                                                                                                                                                          
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   



PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau yang lebih populer dikenal sebagai information and communication technology (ICT) telah membawa perubahan yang cukup mendasar dalam berbagai bidang kehidupan. Kemajuan di bidang komputer dan Internet secara khusus makin mempercepat terjadinya perubahan yang besar dalam cara manusia berkomunikasi, dan mencari serta bertukar informasi.
Saat ini komunikasi global berlangsung dalam kecepatan dan volume yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahkan mungkin lima atau sepuluh tahun sebelumnya. Informasi saat ini tersedia secara melimpah dan dapat diakses dengan mudah dan cepat melalui Internet, kapan saja dan dari mana saja. Seolah sudah tiada lagi batasan ruang dan waktu dalam berkomunikasi, mencari, dan bertukar informasi.
Perubahan yang cepat ini membawa dampak yang luar biasa terhadap institusi pengelola informasi. Perpustakaan secara umum, baik di negara maju maupun berkembang, adalah salah satu entitas yang paling merasakan dampak ini. Perpustakaan harus menangkap peluang ini dengan memanfaatkan kemajuan TIK untuk meningkatkan produk dan layanan informasi bagi pengguna mereka.
Negara-negara maju, dengan ekonomi dan sistem pendidikan yang jauh lebih mapan, telah menangkap peluang ini dan memanfaatkannya. Mereka telah memproduksi informasi digital dalam volume yang luar biasa besarnya. Sebaliknya masyarakat di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, cenderung hanya menjadi konsumen informasi. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah merasa puas menggunakan Internet untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Hal ini berakibat pada terjadinya 'digital divide'. baik dalam artian akses dan kemampuan untuk memanfaatkan TIK (komputer dan Internet), maupun dalam artian kemampuan untuk mengimbangi produksi informasi digital dari negara-negara maju di atas. Kondisi ini telah memunculkan efek samping yang tidak diharapkan, bahkan mungkin oleh negara-negara maju itu sendiri, yaitu munculnya 'hegemoni informasi' negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang.
Digital divide, digital dalam hal ini diartikan sebagai perangkat elektronika, khusunya komputer dalam hal menyelesaikan suatu proses kerja. Divide, berati pembagian, dalam hal ini terjadi pada masyarakat umum, dalam istilah lain diartikan sebagai kesenjangan, dilihat dari kontrasnya suatu golongan masyarakat satu dengan yang lainnya, baik dari segi ekonomi, politik, serta tingkat intelektual.
            Komputer, sebagai salah satu produk teknologi yang berkembang pesat, menjadi salah satu andalan dalam menyelesaikan segala bentuk permasalahan. Kondisi ini dimungkinkan dengan kian kuatnya dominasi komputer sebagai solusi yang efektif dalam penyelesaian masalah, khusunya dibidang teknis. Tidak hanya komputer, produk teknologi yang lain pun kian melaju cepat, seperti mesin-mesin otomatisasi dan pengontrol yang digunakan pada perusahaan-perusahaan produksi serta alat-alat kesehatan, dll. Dengan demikian makin mendesaknya kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam pengoperasian, perawatan bahkan pembuatan produk-produk teknologi tersebut.
            Perkembangan teknologi banyak mempengaruhi beragam tatanan kehidupan masyarakat. Pada dasarnya, telematika dinilai sangat penting tak saja karena potensi generiknya sebagai productivity tool dalam penciptaan nilai tambah tetapi juga enabling tool bagi (hampir) semua masyarakat. Karenanya, kesenjangan dalam hal ini berpotensi melahirkan persoalan kesenjangan baru dalam masyarakat atau memperparah persoalan kesenjangan yang ada, terutama di negara berkembang atau kelompok masyarakat/ daerah yang relatif tertinggal. Digital divide atau senjang digital mengacu pada kesenjangan atau jurang yang menganga di antara mereka yang dapat mengakses teknologi informasi (TI) dan mereka yang tidak dapat melakukannya. Ketakseimbangan ini bisa berupa ketakseimbangan yang bersifat fisik (tidak mempunyai akses terhadap komputer dan perangkat TI lain) atau yang bersifat keterampilan yang diperlukan untuk dapat berperan serta sebagai warga digital. Jika pembagian mengarah ke kelompok, maka senjang digital dapat dikaitkan dengan perbedaan sosial-ekonomi (kaya/miskin), generasi (tua/muda), atau geografis (perkotaan/pedesaan). Sejalan dengan berkembangnya dan makin tidak terpisahkannya Internet dengan TI, maka digital divide mencakup juga ketakseimbangan akses terhadap dunia maya.
            Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara


TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah :
  1. Mengetahui apa itu The Digital Devide
2.      Menambah wawasan kami mengenai The Digital Devide.
3.      Menyelesaikan tugas softskill kami di mata kuliah Pengenalan Teknologi Internet & New Media.

RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini akan membahas beberapa sub topik yaitu :
1.      Pengertian The Digital Devide
2.      Penyebab terjadinya Digital Devide
3.      Dampak Positif Digital Devide
4.      Dampak Negatif Digital Devide
5.      Solusi Mengurangi Digital Devide
6.      Digital Devide dan Kaitannya dengan E-Government

DETAIL PEMBAHASAN

A.Pengertian The Digital Devide
1     1.      Menurut Kamus Komputer dan Teknologi Informasi.
Digital divide yaitu istilah yang digunakan untuk menerangkan jurang perbedaan antara mereka yang mempunyai kemampuan dalam hal akses, dan pengetahuan dalam penggunaan teknologi modern, dengan mereka yang tidak berpeluang menikmati teknologi tersebut.
2.      Menurut Inpres No.3 Tahun 2003.
Disebutkan bahwa digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi.
3.      Menurut Dr. Craig Warren Smith (Investor Group Against Digital Divide).
Digital divide (kesenjangan digital) yaitu kesenjangan antara mereka yang mendapatkan keuntungan dari teknologi dan mereka yang tidak mendapatkannya.
4.      Menurut Donny B.U., M.Si.
Istilah "digital divide" terbentuk untuk menggambarkan kesenjangan dalam memahami, kemampuan, dan akses teknologi. Sehingga muncul istilah “the have” sebagai pemilik/penggunna teknologi dan “the have not” yang berarti sebaliknya.
5.      Menurut Direktorat Pemberdayaan Telamatika Departemen Komunikasi dan Informatika.
Digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.
6.      Menurut Sigit Widodo (SW):
Selama ini kita selalu mengatakan, kesenjangan digital (digital divide) itu terjadi karena masalah infrastruktur. Namun ternyata ada hal-hal lain yang menyebabkannya. Dan salah satunya adalah masih kurangnya content berbahasa Indonesia.
7.      Yayan Sopyan (YS):
Berbicara mengenai kesenjangan digital berarti berbicara mengenai gap antara kelompok masyarakat yang bisa menikmati teknologi digital -sebagai alat untuk bekerja, berkreasi, berkreativitas, dan lain sebagainya- dan menikmati keuntungan-keuntuingan yang diberikan oleh teknologi digital, dan kelompok masyarakat yang sama sekali tidak mencicipi itu. Itulah yang disebut kesenjangan digital.

B. Penyebab Terjadinya Digital Devide
1. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan sebuah fasilitas pendukung, seperti infrastruktur listrik, internet, komputer dan lain. Contoh mudah mengenai kesenjangan infrastruktur ini, orang yang punya akses ke komputer bisa bekerja dengan cepat. Ia bisa menulis lebih cepat di bandingkan mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual.
Contoh yang lain, orang yang mempunyai akses ke komputer Internet, otomatis mempunyai wawasan yang lebih luas di bandingkan mereka yang sama sekali tidak punya akses ke informasi di Internet yang serba luas.
2. Kekurangan skill (SDM)
Sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam dunia ilmu teknologi dan informasi karena SDM ini menentukan biasa tidaknya seorang mengoperasikan atau mengakses sebuah informasi.
3. Kekurangan isi (konten) materi bahasa indonesia
Content berbahasa Indonesi menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses Internet, di Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih tinggi. Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang di desa, seperti petani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris).
4. Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri.
       Berbicara mengenai kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam- bisa mengakses Internet tetapi "tidak menghasilkan apapun".
       Misal, ada seorang remaja punya akses ke komputer dan Internet. Tapi yang dia lakukan hanya chatting yang biasa-biasa saja. Tentu saja, ia tidak bisa menikmati keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh teknologi digital. Itu artinya, kesenjangan digital tidak hanya bisa dijawab dengan penyediaan infrastruktur saja. Infrastruktur tentu dibutuhkan tetapi persoalannya adalah ketika orang punya komputer dan bisa mengakses Internet, pertanyaan berikutnya adalah, "apa yang mau diakses? Apa yang mau dia kerjakan dengan peralatan itu, dengan keunggulan-keunggulan teknologi itu.

C. Dampak Positif Digital Devide
Dampak positif kesenjangan digital bagi sebagian orang yang belum mengenal atau menerapkan teknologi adalah masyarakat dapat termotifasi untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan teknologi masa kini yang dapat menyatukan atau menggabungkan berbagai informasi, data dan sumber untuk dimanfaatkan sebagai ilmu bagi kegunaan seluruh umat manusia melalui penggunaan berbagai media dan peralatan telekomunikasi modern.
Dengan menggunakan berbagai media, peralatan telekomunikasi dan computer canggih, Teknologi Informasi akan terus berkembang dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan peradaban umat manusia di seluruh dunia. Kemajuan peradaban manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad informasi ini telah memudahkan manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya.

D. Dampak Negatif Digital Devide
Dampak negatif kesenjangan digital adalah bagi mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.
Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakainnya. Bila digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan orang lain. Misalnya ; Pembobolan Kartu Kredit. pembobolan kartu kredit (Credit Card Fraud) dengan modus mencuri dan memalsukan kartu kredit. Perbuatan ini menimbulkan kerugian pada pemilik kartu Bank penerbit bahkan merugikan Negara.
Digital Divide tidak bisa diselesaikan dengan peningkatan akses terhadap teknologi itu sendiri, karena kesenjangan dalam hal ini berpotensi melahirkan persoalan kesenjangan baru dalam masyarakat atau memperparah persoalan kesenjangan yang ada, terutama di negara berkembang atau kelompok masyarakat/ daerah yang relatif tertinggal. Digital divide atau senjang digital mengacu pada kesenjangan atau jurang yang menganga di antara mereka yang dapat mengakses teknologi informasi (TI) dan mereka yang tidak dapat melakukannya. Ketakseimbangan ini bisa berupa ketakseimbangan yang bersifat fisik (tidak mempunyai akses terhadap komputer dan perangkat TI lain) atau yang bersifat keterampilan yang diperlukan untuk dapat berperan serta sebagai warga digital. Jika pembagian mengarah ke kelompok, maka senjang digital dapat dikaitkan dengan perbedaan sosial-ekonomi (kaya/miskin), generasi (tua/muda), atau geografis (perkotaan/pedesaan). Sejalan dengan berkembangnya dan makin tidak terpisahkannya Internet dengan TI, maka digital divide mencakup juga ketakseimbangan akses terhadap dunia maya.dan faktor-faktor yang haus diperhatikan sekarang ini persaingan Digital Devide.

E.   Solusi Mengurangi Digital Devide
1.  Langkah yang terbaik untuk mengurangi kesejangan digital adalah menyiapkan masyarakat untuk bisa menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang tersedia. Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif dan mendewasakan masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan kemajuan teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat kemudahan akses untuk menggunakan dan memperoleh informasi. Misalnya dengan mengadakan penyuluhan kesekolah-sekolah tentang penggunaan Internet.
2.  Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa, sehingga setiap masyarakat yang ingin mengakses informasi dapat tercapai dengan tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai. Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital divide. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa. Secara singkat solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi digital divide, yaitu :
a.      Penyedian infrastruktur yang memadai;
b.      Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi informasi
c.       Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa.
F.   DIGITAL DIVIDE DAN KAITANNYA DENGAN E-GOVERNMENT
Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government menyebutkan bahwa tuntutan perubahan merupakan motivasi e-government. E-Government sendiri merupakan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Sehinnga pada Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government pasal 5 menyebutkan bahwa “Dengan demikian pemerintah harus segera melaksanakan proses transformasi menuju e-government. Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi  birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah.
Dengan demikian seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing-masing institusi atau unit pemerintahan agar proses transformasi menuju e-government dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.”
Dengan hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan  Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin melebar.
Dengan melihat isu digital divide, pengembangan e-government di Indonesia sangat penting. Pengembangan e-government itu sendiri menurut Inpres No.3/2003 merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif  dan efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah  dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.

G.      Kasus Digital Devide Negara Lain
Akademisi umumnya mendefinisikan kesenjangan digital sebagai terutama tentang kesenjangan yang ada antara orang-orang yang memiliki akses ke media digital dan internet dan mereka yang tidak memiliki akses (lihat Norris 2001; Meredyth et al 2003;. Servon 2002; Holderness 1998; Haywood 1998).Kesenjangan dalam kepemilikan dan akses terhadap media ini secara potensial dapat mempengaruhi akses ke informasi dari internet oleh masyarakat yang kurang beruntung dan juga menciptakan atau memperkuat kesenjangan sosial-ekonomi berdasarkan marjinalisasi digital dari kelas miskin dan wilayah di dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1999 Thailand telah telepon selular lebih dari seluruh Afrika sementara Amerika Serikat memiliki komputer lebih dari seluruh dunia gabungan (lihat UNDP 1999: 75). Demikian pula, di sekitar periode yang sama, negara-negara industri (yang memiliki kurang dari 15 persen dari orang-orang di dunia) memiliki 88 persen pengguna internet.Amerika Utara saja (dengan kurang dari 5 persen dari orang-orang) memiliki lebih dari 50 persen dari semua pengguna (HDP 2003: 75). Dengan demikian ketidakseimbangan, atau kesenjangan penyebaran media digital dan Internet-informasi antara kaya dan miskin-informasi di seluruh dunia secara umum digunakan sebagai kriteria menentukan utama dari kesenjangan digital di mana universal akses ke New Media dipandang sebagai bagian dari solusi terhadap tantangan pembangunan dan demokratisasi yang menghadapi banyak komunitas di seluruh dunia (lihat Bab 9).

H.     HASIL PENELITIAN DIGITAL DEVIDE
Dunia digital bukan lagi melulu milik negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.Kesenjangan digital kini makin menyempit antara negara-negara di dunia.Era digital telah menembus batas-batas negara di dunia.
Dalam salah satu temuan laporan perekonomian digital 2010 yang dilansir The IBM Institute for Business Value yang bekerja sama dengan Economist Intelligence Unit (EIU) disebutkan, negara-negara di dunia kini sudah terkoneksi satu sama lain.
Laporan ini menggarisbawahi bahwa kesenjangan antara negara yang berada di urutan teratas dan terbawah dalam peringkat hanya berbeda 5,5 poin (skala 1-10) tahun ini. Hasil itu menurun dibanding 5,9 poin tahun lalu. Hal ini karena penilaian tidak lagi hanya didasarkan pada kualitas akses jaringan telekomunikasi dan internet, tapi model pemeringkatan tahun ini juga menilai kualitas akses mobile broadbandnegaranegara berdasarkan koneksi 3G dan fiber yang ada serta prevalensinya. ”Perubahan dalam model yang disebutkan di atas meningkatkan nilai negara-negara di peringkat bawah. Tetapi mengurangi nilai negara-negara papan atas.
Seperti harga broadbandyang semakin terjangkau, negara-negara di peringkat bawah juga meraih peningkatan di beberapa bidang,”ujar Director of Global Technology Research EIU Denis McCauley sebagaimana dilansir dalam laman situs resmi EIU. Beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara mendapatkan nilai yang lebih rendah, bahkan beberapa negara mengalami penurunan peringkat karena jaringan berkecepatan tinggi mereka masih perlu lebih dikembangkan.Peringkat negara-negara Asia yang menanamkan investasi cukup besar dalam jaringan-jaringan generasi mendatang mengalami kenaikan signifikan.
Beberapa temuan penting lain dalam studi ini di antaranya negaranegara Nordik maju pesat di hampir semua bidang perekonomian digital. Swedia pada 2010 ini menggeser pemimpin ”e-readiness” sebelumnya, Denmark, dengan angka tipis. Sedangkan Finlandia dan Norwegia berada di antara enam negara perekonomian digital teratas tahun ini. Finlandia naik enam posisi, terutama karena peningkatan indikator performa dalam kategori penggunaan layanan online. Tiga negara pemimpin digital Asia mengalahkan kawasan lain dalam hal kualitas.
Taiwan,Korea Selatan, dan Jepang meningkat pesat dalam peringkat perekonomian digital ini berkat tingginya nilai yang mereka raih dibanding negara-negara di kawasan lain dalam hal kualitas broadband dan mobile. Densitas kabel fiber tingkat tinggi memungkinkan ketiga negara ini melaksanakan agenda digital mereka. Di sisi lain, biaya broadband semakin terjangkau di seluruh dunia. Pada 49 dari 70 negara, biaya bulanan yang diberlakukan penyedia sarana broadband adalah di bawah 2% dari rata-rata pendapatan bulanan rumah tangga pada 2010.Pada 2009 hanya terdapat 42 dari 70 negara dan hanya 33 negara pada 2008.
Biaya yang lebih terjangkau semakin kentara di negara- negara berkembang seperti Vietnam dan Nigeria. ”Bagaimanapun perkembangan digital yang kuat membutuhkan kemajuan dan tindakan yang terarah di berbagai bidang,” tambah McCauley. Pemimpin peringkat tahun ini, Swedia,dan sebagian besar negara yang berada di urutan peringkat teratas lain mengandalkan konektivitas yang prima, lingkungan bisnis, dan hukum yang stabil. Selain itu, faktor pendorong pendidikan dan budaya yang kuat, kebijakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pemerintah yang kondusif juga menjadi andalan dalam pengembangan ekonomi digital di sejumlah negara. Hasilnya, penggunaan layanan digital perorangan maupun perusahaan meningkat.
Peringkat 10 besar untuk perekonomian digital tahun ini ialah Swedia di urutan pertama dengan skor 8,49.Denmark (2) dengan nilai 8,41,Amerika Serikat (3) nilai 8,41, Finlandia (4) nilai 8,36,Belanda (5) nilai 8,36, Norwegia (6) nilai 8,24, Hong Kong (7) nilai 8,22,Singapura (8) nilai 8,22,Australia (9) dengan nilai 8,21, dan Selandia Baru (10) nilai 8,07. Kemudian beberapa negara Asia di antaranya Taiwan berada di peringkat ke-12 dengan nilai 7,99, Korea Selatan (13) nilai 7,94, Jepang (16) nilai 7,85, Malaysia (36) nilai 5,93,Thailand (49) nilai 4,86, Filipina (54) nilai 4,47, China (56) nilai 4,28, India (58) nilai 4,11, Vietnam (62) nilai 3,87, dan Sri Lanka (63) nilai 3,81.
Posisi Indonesia hanya berada di urutan ke-65 dari 70 negara yang dinilai dengan skor 3,60. Peringkat Indonesia pada 2010 ini tidak beranjak dibanding tahun lalu yang juga berada di posisi ke-65 dengan skor 3,51. Laporan yang berjudul ”Digital Economy Rankings 2010: Beyond E-Readiness” menilai lebih dari 100 kriteria kuantitatif dan kualitatif, yang dibagi ke dalam enam kategori,dimasukkan ke dalam pemeringkat ekonomi digital.Enam kategori ini ialah konektivitas dan infrastruktur teknologi dengan bobot nilai 20%,lingkungan bisnis (15%), lingkungan sosial dan budaya (15%),kebijakan dan lingkungan hukum (10%), visi dan kebijakan pemerintah (15%), serta pengadopsian bisnis dan konsumer (25%).
Untuk indikator lingkungan bisnis menggunakan sembilan indikator turunan yang diringkas dari 74 subindikator. Sumber data yang digunakan dalam menyusun laporan ini di antaranya data EIU, Pyramid Research, Bank Dunia,The World Intellectual Property Organization, termasuk data e-participation index dari The United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA). Kriteria kualitatif dinilai oleh jaringan pakar negara EIU yang juga melalui peninjauan terlebih dahulu. Laporan peringkat perekonomian digital ini sebelumnya dikenal sebagai ”peringkat e-readiness”, penelitian tolak ukur teknologi tahunan yang dikeluarkan EIU.Tujuannya untuk menggambarkan prevalensi koneksi internet atas konsumen, bisnis, pemerintah, dan peranan yang sangat diperlukan.
Layanan dan komunikasi digital ini sangat berperan penting di berbagai negara. Laporan ini bisa memberikan gambaran tentang bagaimana tantangan memaksimalkan teknologi komunikasi dan informasi yang dihadapi 70 negara yang dinilai di masa mendatang.


KESIMPULAN
Di era globalisasi saat ini, dimana kebutuhan akan teknologi dan jaringan komunikasi meningkat pesat mengharuskan setiap negara (termasuk Indonesia) untuk dapat memberikan pelayanan yang berbasis elektronik kepada masyarakat dengan tujuan untuk mengefektif dan mengefisienkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu di butuhkanlah e-government. Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak kendala, terutama terbatasnya ketersediaan infrastruktur yang justru mengakibatkan digital divide.
Digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.
Hal ini tentu perlu ditanggapi sedini mungkin dengan penuh kesungguhan, sebelum jarak kesenjangan tersebut semakin melebar. Upaya antisipasi atas perkembangan/perubahan di masa datang juga perlu dikembangkan, mengingat kecepatan dan kompleksitas perubahan yang cenderung meningkat, serta perkembangan telematika yang sering dinilai penuh kejutan yang masih sulit diperkirakan.
            Banyak solusi yang sebenarnya dapat dipakai untuk mengurangi digital divide ini, antara lain yaitu :
a.      Penyedian infrastruktur yang memadai;
b.      Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi informasi;
c.       Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa.

DAFTAR PUSTAKA